Terluput Mengerjakan Shalat Ied Menurut Empat Madzhab
Yurifa Iqbal
Pertama-tama tentu kita harus memahami kapan waktu pengerjaan shalat Ied ini menurut empat madzhab. Di dalam kitab الموسوعة الفقهية الكويتية juz 27 halaman 243 pada pembahasan وقت أدائها disampaikan :
ذهب جمهور الفقهاء - الحنفية والمالكية والحنابلة - إلى أن وقت صلاة العيدين يبتدئ عند ارتفاع الشمس قدر رمح بحسب رؤية العين المجردة ويمتد وقتها إلى ابتداء الزوال
Jumhur fuqaha Al Hanafiyah, Al Malikiyah, dan Al Hanabilah berpendapat bahwa waktu pengerjaan shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha dimulai ketika naiknya matahari seukuran tombak menurut penglihatan mata telanjang (tanpa bantuan alat) dan memanjang sampai permulaan waktu zawal (bergesernya matahari dari tengah-tengah langit dimana ini adalah awal waktu shalat zhuhur).
وقال الشافعية: إن وقتها ما بين طلوع الشمس وزوالها
Adapun fuqaha Asy Syafiiyah berpendapat waktu pengerjaan shalat Idul Fitri dan shalat Idul Adha adalah diantara terbitnya matahari dan waktu zawal.
Kemudian lanjutannya masih di kitab yang sama kitab الموسوعة الفقهية الكويتية juz 27 halaman 244 – 245 pada pembahasan حكمها بعد خروج وقتها telah dijelaskan terkait hukum shalat Ied jika waktu shalat Ied telah berlalu. Disampaikan sebagai berikut :
لفوات صلاة العيد عن وقتها ثلاث صور
Ketika terluput mengerjakan shalat Ied pada waktunya maka ada tiga kondisi :
الصورة الأولى: أن تؤدى صلاة العيد جماعة في وقتها من اليوم الأول ولكنها فاتت بعض الأفراد، وحكمها في هذه الصورة أنها فاتت إلى غير قضاء، فلا تقضى مهما كان العذر؛ لأنها صلاة خاصة لم تشرع إلا في وقت معين وبقيود خاصة، فلا بد من تكاملها جميعا، ومنها الوقت. وهذا عند الحنفية والمالكية
Kondisi pertama : Shalat Ied sudah dikerjakan secara berjamaah pada waktunya di hari pertama tanggal 1 Syawal akan tetapi sebagian kaum muslimin terluput dari mengerjakannya, maka pada kondisi pertama ini shalat Ied telah terluput tidak diqadha, maka tidak ada qadha shalat Ied bagaimanapun udzurnya, karena shalat Ied adalah shalat yang secara khusus sudah ditentukan waktunya yang tidak disyariatkan kecuali di waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu, maka waktu tertentu dan syarat-syarat tertentu tersebut harus terealisasi secara sempurna yang diantaranya adalah waktu pengerjaannya. Dan ini adalah pendapat madzhab Al Hanafiyah dan Al Malikiyah.
وأما الشافعية: فقد أطلقوا القول بمشروعية قضائها - على القول الصحيح في المذهب - في أي وقت شاء وكيفما كان: منفردا أو جماعة، وذلك بناء على أصلهم المعتمد، وهو أن نوافل الصلاة كلها يشرع قضاؤها
Adapun madzhab Asy Syafiiyah berpendapat tetap disyariatkannya qadha shalat Ied secara muthlaq - berdasarkan pendapat yang shahih dalam madzhab Asy Syafiiyah – di waktu manapun yang dikehendaki entah itu sendirian atau berjamaah, sesuai pendapat Mu’tamad dalam madzhab Asy Syafiiyah yaitu seluruh shalat-shalat sunnah disyariatkan untuk diqadha.
وأما الحنابلة: فقالوا: لا تقضى صلاة العيد، فإن أحب قضاءها فهو مخير إن شاء صلاها أربعا، إما بسلام واحد، وإما بسلامين
Adapun madzhab Al Hanabilah berpendapat shalat Ied tidak diqadha, jika dia ingin mengqadhanya maka diberi pilihan, jika dia mengerjakan qadha shalat Ied empat rakaat maka bisa dengan sekali salam atau dengan dua kali salam.
الصورة الثانية: أن لا تكون صلاة العيد قد أديت جماعة في وقتها من اليوم الأول، وذلك إما بسبب عذر: كأن غم عليهم الهلال وشهد شهود عند الإمام برؤية الهلال بعد الزوال، وإما بدون عذر
Kondisi yang kedua : Shalat Ied belum dikerjakan pada waktunya secara berjamaah di hari pertama 1 Syawal, bisa jadi disebabkan karena ada udzur dan bisa jadi juga tanpa ada udzur. Adapun yang disebabkan karena udzur seperti tertutupnya hilal (sehingga hilal tidak terlihat) dan juga seperti saksi yang melihat hilal bersaksi kepada Imam/Khalifah setelah waktu zawal (bergesernya matahari dari tengah-tengah langit dimana ini adalah awal waktu shalat zhuhur).
ففي حالة العذر يجوز تأخيرها إلى اليوم الثاني سواء كان العيد عيد فطر أو أضحى؛ لأنه قد ثبت عن رسول الله ﷺ: أن قوما شهدوا برؤية الهلال في آخر يوم من أيام رمضان، فأمر ﷺ بالخروج إلى المصلى من الغد
Maka pada kondisi ada udzur ini boleh mengakhirkan shalat Ied di hari berikutnya sama saja itu Idul Fithri atau Idul Adha karena telah fiks dan pasti dari Rasulullaah Muhammad ﷺ : sekelompok kaum bersaksi menyaksikan hilal Syawal di akhir bulan Ramadhan, maka Rasulullaah Muhammad ﷺ memerintakan kaum muslimin keluar menuju tanah lapang untuk menunaikan shalat Ied di esok harinya.
وهذا عند الحنفية والشافعية والحنابلة فيشرع قضاء صلاة العيد في اليوم الثاني عند تأخر الشهادة برؤية الهلال، أما المالكية: فقد أطلقوا القول بعدم قضائها في مثل هذه الحال
Ini adalah pendapat madzhab Al Hanafiyah, Asy Syafiiyah, dan Al Hanabilah, maka disyariatkan mengqadha shalat Ied di hari berikutnya (tanggal 2 Syawal) ketika ada keterlambatan dalam penyampaian kesaksian melihat hilal. Adapun madzhab Al Malikiyah berpendapat tidak ada qadha shalat Ied secara muthlaq pada keadaan ini.
إلا أن الشافعية لا يعتبرون صلاتها في اليوم الثاني قضاء إذا تأخرت الشهادة في اليوم الذي قبله إلى ما بعد غروب الشمس. بل لا تقبل الشهادة حينئذ ويعتبر اليوم الثاني أول أيام العيد، فتكون الصلاة قد أديت في وقتها
Hanya saja madzhab Asy Syafiiyah tidak menganggap shalat Ied pada hari kedua tersebut sebagai shalat qadhaan jika ada keterlambatan dalam penyampaian kesaksian melihat hilal di hari sebelumnya sampai waktu setelah terbenam matahari, bahkan kesaksiannya tidak diterima dan hari kedua Syawal dianggap sebagai hari pertama Ied, maka shalat Iednya ketika itu dikerjakan pada waktunya (yakni shalat Ied adaan bukan qadhaan).
الصورة الثالثة: أن تؤخر صلاة العيد عن وقتها بدون العذر الذي ذكرنا في الصورة الثانية. فينظر حينئذ: إن كان العيد عيد فطر سقطت أصلا ولم تقض. وإن كان عيد أضحى جاز تأخيرها إلى ثالث أيام النحر، أي يصح قضاؤها في اليوم الثاني، وإلا ففي اليوم الثالث من ارتفاع الشمس في السماء إلى أول الزوال، سواء كان ذلك لعذر أو لغير عذر ولكن تلحقه الإساءة إن كان غير معذور بذلك
Adapun kondisi ketiga adalah : shalat Ied diakhirkan pengerjaannya dari waktunya tanpa ada udzur sebagaimana yang telah disebutkan pada bentuk yang kedua, maka harus dilihat : jika Ied nya adalah Idul Fithri maka hukum asalnya shalat Idul Fithri gugur dan tidak diqadha, jika Ied nya adalah Idul Adha maka boleh diakhirkan pengerjaannya sampai hari ketiga tanggal 13 Dzulhijjah, sah mengqadha shalat Idul Adha pada hari kedua, hanya saja jika pada hari ketiga waktunya adalah dari naiknya matahari di langit sampai awal waktu zawal (bergesernya matahari dari tengah-tengah langit dimana ini adalah awal waktu shalat zhuhur), baik itu disebabkan karena ada udzur atau tanpa udzur, akan tetapi jika dilakuan tanpa udzur maka itu termasuk perbuatan yang jelek.
Nah demikianlah pembahasan ketika terluput mengerjakan shalat Ied yang terbagi menjadi tiga kondisi. Semoga bermanfaat.
و الله تعالى أعلم بالصواب